“Hai ri.. Apa
kabar?”
“Hai bil, Baik..
Kamu ngapain kesini?”
“Aku cuman mau
minta maaf, dan mau ngasih ini..” Nabilah pun memberikan ku sebuah amplop.
“Apa ini bil?”
“Buka aja ri..”
Lalu, ku buka
amplop itu. Di dalam nya ada sebuah undangan pernikahan.
“Ini.. Ini apa
bil?”
“Minggu depan aku
mau nikah sama Rico..”
“Akhirnya kamu
nemuin orang yang kamu cari selama ini bil..Selamat ya, aku harap kamu bahagia
sama dia “
“Iya ri, makasih
ya... Goodbye”
Akhirnya Nabilah
meninggalkan ku.. Aku hanya bisa merenung disini.. Yap, di kursi taman
pinggiran kota ini kami bertemu. Semua berawal dari sini..
Hari itu, aku
baru mendarat di Berlin, Jerman. Aku mendapatkan beasiswa dan melanjutkan
sekolah ku disana. Aku memutuskan untuk mencari taksi untuk pergi ke taman kota
sebentar, untuk meliat keindahan kota yang akan ku tempati ini.
“hai, i’m from
Indonesia, I just new arrived here, can you take me to the garden in this
city?”
“Sure..”
Selang 20 menit
kemudian aku sampai di taman di pinggiran kota..
“Thak you sir!” kataku
sambil memberikan beberapa Mark Jerman kepada supir taksi itu.
“You’re welcome.”
Aku pun
berjalan-jalan mengelilingi taman itu sambil menikmati pemandangan yang ada
disana. Ternyata di Jerman pemandangannya cukup bagus. Banyak gedung-gedung
tinggi disana, dan satu hal yang ku suka, Ngga ada macet. Setelah mengelilingi taman
itu, aku mencari tempat duduk. Tempat disana di penuhi oleh orang-orang Jerman
yang menikmati pemandangan di taman itu, kebetulan disana ada satu kursi
panjang yang bisa aku duduki, tetapi disana ada seorang perempuan sedang
menggunakan laptopnya disana.
“Excuse me, can i
sit down here?”
“Sure” kata
perempuan itu sambil tersenyum.
“Thanks.. By the
way, i’m Ari.. I’m from Indonesia. I just arrived here.”
“Orang Indonesia
ya? Aku juga hehehe, nama aku Nabilah!” Katanya ramah..
“Kamu udah lama
tinggal disini Bil?”
“Kurang lebih
udah 2 tahun aku disini.. Oiya, kamu disini dalam rangka apa ya kalo boleh
tau?”
“Ah kamu, kepo
aja” sambil bercandain Nabilah.
“Ah, elah kamu ah
gitu..” mukanya semi ngambek.
“Hahaha, becanda
doang bil.. Disini nih..” sambil menunjukan brosur tempat kuliahku.
“Aku juga kuliah
disini lho! Wah, satu kampus kita..”
“Masa? Wah, ngga
nyangka ya hahaha.. Ngomong-ngmong, Kamu lagi ngerjain tugas? Aku ganggu kamu
dong?”
“Iya nih, tapi
udah selesai. Woles aja.. hahaha. Oiya, kamu udah punya baju hangat ngga?”
“Baju hangat?
Ngga ada bil.”
“Wah, kamu mesti
cepet beli deh.. Soalnya, besok udah mulai Musim dingin. Kalo kamu mau beli,
sekalian yuk! Aku juga mau beli.”
Sejak saat itu,
musim dingin berawal, dan sekaligus berawalah kisah kami berdua. Kami menjadi
semakin akrab, kemana-mana berdua, kaya orang lagi pacaran. Hampir separuh
musim dingin aku lewati bersamanya. Kami berdua sangat mesra. Orang-orang di
sekitar kami mengira kalo kami pacaran. Aku sayang sama Nabilah, tapi apa dia
merasakan hal yang sama? Sampai satu hari..
“Ri, gimana kalo
malam ini kita ke Karnaval?”
“Karnaval? Seru
tuh kayaknya! Boleh.. Ntar jam 7 aku jemput ya Bil..”
“Oke deh. Eh ri,
ini udah jam nya masuk nih, aku masuk dulu ya..”
“Yaudah, belajar
yang bener cantik!”
“Hahahaha, kamu
bisa aja!” mukanya me merah.
Pukul 7...
*tok tok tok*
Keluarlah
seseorang.. “Iya?”
“Nabilah nya ada
bu?”
“Kamu Ari ya?
Temen Nabilah yang sama-sama dari Indonesia? Saya ibunya..”
“Iya bu hehehe..
Nabilah nya ada?”
“Ada, tunggu sebentar ya! Kamu masuk dulu..”
“Ada, tunggu sebentar ya! Kamu masuk dulu..”
“Iya tante..”
*beberapa menit
kemudian*
“Hai ri!”
“Hai nab..”
Seketika aku terdiam melihat penampilannya. Tak seperti biasanya, dia terlihat
cantik malam ini. Dengan pakaian casual, celana jeans, sepatu boots, dan jaket,
membuat ku hampir tak mengedipkan mataku sekalipun ketika melihatnya.
“Kok diem ri? Aku
jelek ya?” mukanya semi cemberut.
“Eh, ngga kok
bil. Cantik malah heheheh”
“Yaudah,
berangkat yo!”
Kami pun
berpamitan kepada orang tua nabilah dan berangkat ke Karnaval. Beberapa saat
kemudian kami sampai di tempat itu. Disana lumayan rame, kalo di Indonesia, kya
pasar malam, cuman dalam versi yang modern.
“Ri, kita main
itu yok! Kayaknya seru deh!” menunjuk sebuah wahana semacam ayunan besar.
“Emang kamu
berani maen yang begituan?” kataku mengejeknya.
“Ah elah, kalo
begitu doang mah cetek”
“hahahah.. Yuk!”
Kami pun bermain
di berbagai wahana disana dengan ceria. Nabilah tampak senang sekali..
“Bil, kamu tunggu
bentar disini ya..”
“Emang ada apa
ri?”
“Tunggu aja
disini dulu.. jangan kemana mana!”
Karena aku tau
nabilah suka sekali sama hal yang berbau kelinci, maka aku mencarikan boneka
Kelinci untuknya.. Beberapa saat kemudian aku sudah mendapatkan boneka itu dan
berjalan menuju Nabilah. Tetapi, dari jauh aku melihat Nabilah sedang berbicara
kepada seseorang laki-laki dan laki-laki itu, pergi..
“Hai bil!”
“Lama banget sih
ri huhuhu”
“Maaf ya cantik!
Soalnya aku nyari ini” ku berikan boneka itu kepada Nabilah..
“Wah! Makasih
banget ri! Aku suka!” Nabilah memelukku..
Dan kami pun
menghabiskan malam di Karnaval itu.. Keesokan hari nya.. Ada seperti sesuatu
yang berbeda dari Nabilah.. Dia berubah. Dia berusaha menghindariku. Aku
berfikir.. Apa salahku padanya? Dia tiba-tiba berubah begitu saja.
“Bil! Kamu kenapa
berubah drastis gitu?”
“Ada sesuatu yang
ngga bisa aku jelasin ri, maafin aku..”
“Tapi kenapa
harus sekarang? Kenapa di saat rasa cinta aku ke kamu semakin dalam, kamu pergi
ngejauh dari aku gitu aja?”
“Maafin aku ri..”
Lalu Nabilah pergi begitu saja..
Sejak saat itu,
aku ngga tau lagi harus ngapain. Dia dangan begitu entengnya melambungkan ku
dan saat itu juga menghentakkan ku. Hari demi hari ku lalui tanpanya. Dan aku
berfikir untuk melupakannya, dan melanjutkan hidupku. Ya.. Melupakannya dan
melanjutkan apa yang seharusnya menjadi tujuan ku disini.
Suatu hari, aku
duduk di kursi di sebuah taman tempat aku dan Nabiah bertemu. Bukan bertujuan
untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk menikmati pemandangan di musim dingin.
Tetapi..
“Hai ri.. Apa
kabar?”
“Hai bil, Baik..
Kamu ngapain kesini?”
“Aku cuman mau
minta maaf, dan mau ngasih ini..” Nabilah pun memberikan ku sebuah amplop.
“Apa ini bil?”
“Buka aja ri..”
Lalu, ku buka
amplop itu. Di dalam nya ada sebuah undangan pernikahan.
“Ini.. Ini apa
bil?”
“Minggu depan aku
mau nikah sama Rico..”
“Akhirnya kamu
nemuin orang yang kamu cari selama ini bil..Selamat ya, aku harap kamu bahagia
sama dia “
“Iya ri, makasih
ya... Goodbye”
Akhirnya Nabilah
pergi.. Benar-benar pergi dari kehidupnku.. Aku merasa Setengah lega, dan
setengah sakit. Tetapi aku menerimanya, demi kebaikannya. Keesokan harinya,
Musim dingin telah lewat dan Musim semi telah tiba. Itu menandakan bahwa aku
harus memulai lembaran baru dalam hidupku, dan melupakan semua yang terjadi di
musim dingin. Terima kasih Nabilah sudah menemani ku di musim dingin ini. Sekarang
aku akan mengejar tujuanku disini.
The End.
By: Al Ghifari
Atila Lutfi (@ghifari_ari)